POLIO : PENYEBAB, GEJALA, DAN PENCEGAHAN
APA ITU POLIO?
Poliomyelitis adalah penyakit menular yang ditularkan melalui kontaminasi tinja dan makan yang akan menyerang sistem saraf dan mengakibatkan gangguan saraf atau kelumpuhan. Penyakit ini disebabkan oleh virus Poliovirus, famili Picornaviridae dan spesies Enterovirus C. Ada tiga tipe virus Polio liar: Poliovirus 1, 2, dan 3. Virus polio tipe 1 liar adalah penyebab utama sebagian besar kasus polio yang menyebabkan kelumpuh di dunia. Tipe poliovirus liar 2 dan 3 dianggap sudah diberantas pada 2015 (Wolbert and Karla 2022).
Virus yang masuk kedalam tubuh ini akan memperbanyak diri di tenggorokan dan saluran pencernaan. Pada 95% kasus infeksi primer biasanya tanpa gejala atau hanya menyerupai penyakit flu, namun jika terjadi penyebaran virus ke jaringan saraf maka dapat menyebabkan terjadinya kelumpuhan. Mekanisme penyebaran virus polio ke sistem saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang) belum dipahami dengan baik. Dapat terjadi melalui perpindahan langsung virus dari darah atau virus dari otot ke sumsum tulang belakang dan otak melalui saraf. Setelah mencapai sistem saraf pusat, virus polio bisa menyebabkan kematian sel saraf motorik dan menyebabkan kelumpuhan. Jika virus ini mengenai saraf untuk pergerakan otot pernapasan maka akan terjadi kesulitan bernapas pada pasien. (Wolbert and Karla 2022).
PENANGANAN TERHADAP WABAH POLIO
Sebelum upaya kesehatan global, polio menyebabkan kematian dan kesakitan yang meluas pada anak-anak selama tahun 1900-1950. Karena upaya vaksinasi di seluruh dunia yang dimulai pada 1980-an, poliomielitis sekarang dianggap hampir sepenuhnya diberantas. Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah mencanangkan Dunia bebas dari Polio di tahun 2026. Kasus Virus Polio Liar (VPL) terakhir yang mengalami kelumpuhan ditemukan pada tanggal 20 Februari 2006 di Aceh. Sejak saat itu hingga sekarang tidak pernah lagi ditemukan kasus Polio di Indonesia. Indonesia sendiri sudah mendapatkan sertifikat bebas Polio dari WHO pada 2014 lalu. Namun akibat rendahnya cakupan vaksinasi di Indonesia, kasus positif Polio kembali ditemukan di Kabupaten Pidie, Aceh pada awal November 2022. Provinsi Aceh merupakan salah satu daerah yang cakupan vaksinasinya rendah (Kemenkes, 2022).
TANDA DAN GEJALA POLIO
Sebagian besar pasien yang terpapar (sekitar 95%) tidak menunjukkan gejala. Rasio kasus tidak bergejala dan yang mengalami kelumpuhan berkisar antara 50:1 hingga 1000:1.
Gejala ringan/ prodromal dapat timbul 4-10 hari setelah virus masuk, dapat berupa :
Sekitar 1% kasus polio dapat berupa infeksi selaput otak atau meningitis ditandai dengan :
Bentuk yang paling parah, poliomielitis paralitik, yang terlihat pada kurang dari 1% pasien, muncul sebagai
PENCEGAHAN DAN IMUNISASI POLIO
Polio dapat dicegah melalui imunisasi. Vaksin polio, yang diberikan lebih dari sekali, hampir selalu melindungi seorang anak seumur hidup. Pengembangan vaksin yang efektif untuk mencegah polio lumpuh adalah salah satu terobosan medis utama abad ke-20. Ada enam vaksin berbeda untuk menghentikan penularan polio:
Jika cukup banyak orang dalam suatu komunitas yang mendapat vaksin, virus akan kehilangan inang yang rentan dan akan mati. Tingkat cakupan vaksinasi yang tinggi harus dipertahankan untuk menghentikan penularan dan mencegah terjadinya wabah (CDC, 2022)
Vaksin injeksi (IPV) memberikan kekebalan dengan memasok sistem kekebalan tubuh dengan dosis virus yang sudah dimatikan. Karena virus ini tidak hidup, ia tidak dapat bereplikasi di inang. Vaksin yang tidak aktif tidak dapat menyebabkan penyakit. Namun, ketidakmampuan mereka untuk bereplikasi juga menyebabkan tingkat kekebalan yang lebih rendah, sehingga memerlukan beberapa dosis vaksin. Sebaliknya, vaksin virus polio oral yang digunakan di Indonesia adalah virus hidup yang dilemahkan. (O’ Grady, M dan Paul JB, 2022).
PENGOBATAN
Pengobatan poliomielitis bersifat suportif, termasuk manajemen nyeri dan terapi fisik. Kegagalan pernapasan dapat terjadi, sehingga membutuhkan alat bantu napas atau ventilator mekanis. Tidak ada terapi antivirus untuk poliomielitis. Sekitar dua pertiga pasien dengan kelumpuhan tidak bisa mendapatkan kembali kekuatan penuh. Polio memiliki efek jangka panjang pada pasien, sebuah studi menemukan bahwa kondisi sekunder yang umum di antara penderita polio termasuk kelemahan otot baru, nyeri kronis, kontraktur/ kekakuan sendi, depresi, kelelahan, masalah tidur, dan sejumlah gejala dan tanda lainnya, yang semuanya dapat berdampak negatif pada kemandirian dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Alfaro-Murillo JA, Ávila-Agüero ML, Fitzpatrick MC, Crystal CJ, Falleiros-Arlant LH, Galvani AP. The case for replacing live oral polio vaccine with inactivated vaccine in the Americas. Lancet. 2020 Apr 4;395(10230):1163-1166. doi: 10.1016/S0140-6736(20)30213-0. PMID: 32247397; PMCID: PMC8572547.
Mehndiratta MM, Mehndiratta P, Pande R. Poliomyelitis: historical facts, epidemiology, and current challenges in eradication. Neurohospitalist. 2014 Oct;4(4):223-9. doi: 10.1177/1941874414533352. PMID: 25360208; PMCID: PMC4212416.
O'Grady M, Bruner PJ. Polio Vaccine. [Updated 2022 Jan 23]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK526039/
Polio elimination in the United Sates. Centers for Disease Control and Prevention. Available at: https://www.cdc.gov/polio/what-is-polio/polio-us.html (Accessed on August 17, 2022).
Wolbert JG, Higginbotham K. Poliomyelitis. [Updated 2022 Jun 21]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK558944/
https://infeksiemerging.kemkes.go.id/penyakit-virus/poliomyelitis-penyakit-virus-polio/#
Penulis :
Brenda Miriane Rustam, S.Ked
Vanessa Angelin, S.Ked
Bryan Abednego, S.Ked
Direview oleh: dr. Devie Kristiani, MSc, SpA(K)
Mulai 12 Januari 2023
Jam Kunjung Pasien Setiap Hari
Pukul 16.30 - 18.00 WIB